Jumat, 16 Maret 2012

EGO YANG TERKUNGKUNG


Monopoli Kebenaran

Perdebatan tentang kebenaran dalam umat islam sudah terjadi sejak zaman para sahabat masih hidup,perbedaan pendapat dalam politik  yang akhirnya memunculkan dua kelompok baru seperti khawarij dan syiah adalah awalan dari sejarah panjang perdebatan umat islam dalam mentafsirkan siapakah yang paling benar diantara mereka.


Saat ini umat islam terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu sunni nama lain dari Ahlus Sunnah wal Jamaah(Aswaja) dan Syiah.Aswaja dalam arti sempit adalah orang-orang yang berpegang teguh dengan ajaran Nabi dan para shahabat serta orang-orang yang mengikuti mereka dan meniti jalan mereka baik dalam permasalahan akidah, perkataan dan perbuatan. Mereka adalah orang-orang yang komitmen untuk mengikuti Nabi dan menjauhi bid’ah. Mengikuti jalan mereka dalam beragama adalah hidayah sedangkan menyelisihi mereka adalah kesesatan.


Secara khusus, Muslim Syi'ah berpendapat bahwa Ali Ra  adalah penerus yang berhak untuk memimpin kekhalifahan setelah Nabi Muhammad, pandangan ini berbeda dengan Khalifah lainnya yang diakui oleh Muslim Sunni. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah langsung oleh Nabi Muhammad, dan perintah Nabi berarti wahyu dari Allah.


Aswaja berpendapat bahwa hanya 1 kelompok umat islam yang akan memperoleh surganya Allah SWT,satu kelompok itu adalah Aswaja. Namun perlu kita cermati lagi bahwa Aswaja sendiri terdiri dari banyak kelompok baik besar maupun kecil.di indonesia dua ormas terbesar seperti NU dan Muhammadiyah pun mendeklarasikan ormas mereka berlandaskan pada asas Aswaja,begitu juga dengan Salafi,Jamaah Tabligh, HTI , Tarbiyah , dll.


Sangat beragamnya kelompok – kelompok ormas Islam di indonesia, mejadi ke untungan tersindiri bagi umat islam di indonesia. namun akan menjadi suatu Kerugian besar jika masyarakat islam sendiri belum dewasa dalam menyikapi perbedaan – perbedaan pendapat yang akan muncul dalam keberagaman kelompok.


Keadaaan yang timbul hari ini adalah munculnya fanatisme – fanatisme kelompok, hal ini tanpa disadari telah mengkerdilkan kebenaran dalam islam, kebenaran yang dapat diterima adalah dari dirinya ataupun kelompoknya. Setiap kelompok mengakui bahwa mereka adalah yang paling benar dalam menjalankan asas – asas Aswaja.


Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu’anhu –pelayan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam- dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai ia mencintai bagi saudaranya, apa yang ia cintai bagi dirinya sendiri.” (Shahih dikeluarkan oleh Al Bukhari di dalam [Al Iman/12/Fath], Muslim di dalam [Al Iman/45/Abdul Baqi])

Rasulullah dan para sahabat telah memberikan kita contoh bagaimana bermusyawarah dan bersikap jika terjadi perbedaan.suatu saat ketika perang Khaibar pasukan muslim memilih suatu tempat untuk dijadikan markan pasukan muslim.Al-Hubab bin Al- mundzir menemui Rasul dan bertanya “Wahai Rasulullah,apakah temap yang engkau pilih ini merupakan ketetapan yang diturunkan Allah,atau ini hanya sekedar pendapat dalam siasat peran?”
“ini adalah pendapatku”.Jawab Beliau

“Wahai Rasulullah,tempat ini terlalu dekat dengan benteng Nathat dan para prajurit Khaibar yang dipusatkan di benteng itu, dengan mudah dapat mengetahui keadaan kita,sementara kita tidak bisa mengetahui keadaan mereka. Anak panah mereka juga bisa ke tempat kita ini sementara anak panah kita tidak bisa mencapai tempat mereka. Kita tidak bisa aman dari sergapan mereka sewaktu-waktu. Di sini banyak terdapat pohon – pohon korma, tempatnya rendah dan tanahnya kurang baik. Andaikan saja engkau berkenan memerintahkan pindah ke suatu tempat yang tidak seperti ini,lalu kita ambil sebagai markas”.

“Engkau telah memberikan pendapat yang jitu,”.Sabda Beliau, lalu memerintahkan untuk pindah ketempat lain.[Sirah Nabawiyah : Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri]

Kisah di atas memberikan pelajaran yang berharga kepada kita,jika kita menemukan pendapat orang lain yang lebih mendekati kebenaran.maka ambilah pendapat itu. Rasulullah memberikan kita contoh bahwa tujuan kita adalah kemenangan islam,bukan kemenangan ego pribadi.

Masih banyak lagi kisah – kisah serupa yang menggambarkan bagaimana kita harus menyikapi sebuah perbedaan pendapat, lalu memilih pendapat yang paling benar. Sangat disayangkan sifat sombong dan fanatik kelompok telah membutakan hati kita untuk menerima kebenaran dari saudara muslim kita yang lain. Sehingga yang terjadi adalah perdebatan tanpa titik temu yang jelas.

Ketika musuh – musuh Islam seperti Yahudi dan Misionaris Nasrani sibuk menggrogoti aqidah dan akhlak umat muslim melalui berbagai macam media.menjadi sebuah ironi jika Energi umat Islam harus habis di dalam perdebatan - perdebatan internal yang lebih didasari oleh gila kekuasaan dan pamor.seharusnya setiap kelompok bisa lebih dewasa dalam berdakwah.bahwa sesungguhnya kemenagan Islamlah yang kita tuju.bukan kemenangan kelompok atas Islam.

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
[Ali ‘Imran : 103]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar