Monopoli Kebenaran
Perdebatan tentang kebenaran dalam umat islam sudah terjadi
sejak zaman para sahabat masih hidup,perbedaan pendapat dalam politik
yang akhirnya memunculkan dua kelompok baru seperti khawarij dan syiah adalah
awalan dari sejarah panjang perdebatan umat islam dalam mentafsirkan siapakah
yang paling benar diantara mereka.
Saat ini umat islam terbagi menjadi dua kelompok besar
yaitu sunni nama lain dari Ahlus Sunnah wal
Jamaah(Aswaja) dan Syiah.Aswaja dalam arti sempit adalah orang-orang
yang berpegang teguh dengan ajaran Nabi dan para shahabat serta orang-orang
yang mengikuti mereka dan meniti jalan mereka baik dalam permasalahan akidah,
perkataan dan perbuatan. Mereka adalah orang-orang yang komitmen untuk
mengikuti Nabi dan menjauhi bid’ah. Mengikuti jalan mereka dalam beragama
adalah hidayah sedangkan menyelisihi mereka adalah kesesatan.
Secara khusus, Muslim Syi'ah
berpendapat bahwa Ali Ra adalah
penerus yang berhak untuk memimpin kekhalifahan setelah Nabi Muhammad,
pandangan ini berbeda dengan Khalifah lainnya yang diakui oleh Muslim Sunni. Muslim Syi'ah
percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah langsung oleh Nabi Muhammad, dan
perintah Nabi berarti wahyu dari Allah.
Aswaja berpendapat
bahwa hanya 1 kelompok umat islam yang akan memperoleh surganya Allah SWT,satu
kelompok itu adalah Aswaja. Namun perlu
kita cermati lagi bahwa Aswaja sendiri terdiri dari banyak kelompok baik besar
maupun kecil.di indonesia dua ormas terbesar seperti NU dan Muhammadiyah pun
mendeklarasikan ormas mereka berlandaskan pada asas Aswaja,begitu juga dengan
Salafi,Jamaah Tabligh, HTI , Tarbiyah , dll.
Sangat beragamnya kelompok – kelompok
ormas Islam di indonesia, mejadi ke untungan tersindiri bagi umat islam di
indonesia. namun akan menjadi suatu Kerugian besar jika masyarakat islam sendiri
belum dewasa dalam menyikapi perbedaan – perbedaan pendapat yang akan muncul
dalam keberagaman kelompok.
Keadaaan yang timbul hari ini adalah
munculnya fanatisme – fanatisme kelompok, hal ini tanpa disadari telah
mengkerdilkan kebenaran dalam islam, kebenaran yang dapat diterima adalah dari
dirinya ataupun kelompoknya. Setiap kelompok mengakui bahwa mereka adalah yang
paling benar dalam menjalankan asas – asas Aswaja.
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu’anhu
–pelayan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam- dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, beliau bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai
ia mencintai bagi saudaranya, apa yang ia cintai bagi dirinya sendiri.” (Shahih dikeluarkan oleh Al Bukhari di
dalam [Al Iman/12/Fath], Muslim di dalam [Al Iman/45/Abdul Baqi])
Rasulullah dan para sahabat telah memberikan kita
contoh bagaimana bermusyawarah dan bersikap jika terjadi perbedaan.suatu saat
ketika perang Khaibar pasukan muslim memilih suatu tempat untuk dijadikan markan
pasukan muslim.Al-Hubab bin Al- mundzir menemui Rasul dan bertanya “Wahai
Rasulullah,apakah temap yang engkau pilih ini merupakan ketetapan yang
diturunkan Allah,atau ini hanya sekedar pendapat dalam siasat peran?”
“ini adalah pendapatku”.Jawab Beliau
“Wahai Rasulullah,tempat ini terlalu dekat dengan
benteng Nathat dan para prajurit Khaibar yang dipusatkan di benteng itu, dengan
mudah dapat mengetahui keadaan kita,sementara kita tidak bisa mengetahui
keadaan mereka. Anak panah mereka juga bisa ke tempat kita ini sementara anak
panah kita tidak bisa mencapai tempat mereka. Kita tidak bisa aman dari
sergapan mereka sewaktu-waktu. Di sini banyak terdapat pohon – pohon korma,
tempatnya rendah dan tanahnya kurang baik. Andaikan saja engkau berkenan memerintahkan
pindah ke suatu tempat yang tidak seperti ini,lalu kita ambil sebagai markas”.
“Engkau telah memberikan pendapat yang jitu,”.Sabda
Beliau, lalu memerintahkan untuk pindah ketempat lain.[Sirah Nabawiyah : Syaikh
Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri]
Kisah di atas memberikan pelajaran yang berharga
kepada kita,jika kita menemukan pendapat orang lain yang lebih mendekati
kebenaran.maka ambilah pendapat itu. Rasulullah memberikan kita contoh bahwa
tujuan kita adalah kemenangan islam,bukan kemenangan ego pribadi.
Masih banyak lagi kisah – kisah serupa yang
menggambarkan bagaimana kita harus menyikapi sebuah perbedaan pendapat, lalu
memilih pendapat yang paling benar. Sangat disayangkan sifat sombong dan
fanatik kelompok telah membutakan hati kita untuk menerima kebenaran dari
saudara muslim kita yang lain. Sehingga yang terjadi adalah perdebatan tanpa
titik temu yang jelas.
Ketika musuh – musuh Islam seperti Yahudi dan
Misionaris Nasrani sibuk menggrogoti aqidah dan akhlak umat muslim melalui
berbagai macam media.menjadi sebuah ironi jika Energi umat Islam harus habis di
dalam perdebatan - perdebatan internal yang lebih didasari oleh gila kekuasaan
dan pamor.seharusnya setiap kelompok bisa lebih dewasa dalam berdakwah.bahwa
sesungguhnya kemenagan Islamlah yang kita tuju.bukan kemenangan kelompok atas
Islam.
Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.
[Ali ‘Imran : 103]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar