Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena
alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk,
aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara
fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan
yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau
efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.
Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status
suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam
penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan
serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian
eksperiman.
1.
Karakteristik
Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif mempunyai
karakteristik-karakteristik seperti yang dikemukakan Furchan (2004) bahwa (1)
penelitian deskriptif cendrung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan
cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas, dan dilakukan
secara cermat. (2) tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan
(3) tidak adanya uji hipotesis.
III.
Jenis-jenis Penelitian Deskriptif
Furchan (2004:448-465) menjelaskan, beberapa jenis
penelitian deskriptif, yaitu; (1) Studi kasus, yaitu, suatu penyelidikan
intensif tentang individu, dan atau unit sosial yang dilakukan secara mendalam
dengan menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu atau unit
sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini dimungkinkan ditemukannya hal-hal
tak terduga kemudian dapat digunakan untuk membuat hipotesis. (2) Survei. Studi
jenis ini merupakan studi pengumpulan data yang relatif terbatas dari
kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi
tentang variabel dan bukan tentang individu. Berdasarkan ruang lingkupnya
(sensus atau survai sampel) dan subyeknya (hal nyata atau tidak nyata), sensus
dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu: sensus tentang hal-hal
yang nyata, sensus tentang hal-hal yang tidak nyata, survei sampel tentang
hal-hal yang nyata, dan survei sampel tentang hal-hal yang tidak nyata. (3)
Studi perkembangan. Studi ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk
memperoleh informasi yang dapat dipercaya bagaimana sifat-sifat anak pada
berbagai usia, bagaimana perbedaan mereka dalam tingkatan-tingkatan usia itu,
serta bagaimana mereka tumbuh dan berkembang. Hal ini biasanya dilakukan dengan
metode longitudinal dan metode cross-sectional. (4) Studi tindak
lanjut, yakni, studi yang menyelidiki perkembangan subyek setelah diberi
perlakukan atau kondisi tertentu atau mengalami kondisi tertentu. (5) Analisis
dokumenter. Studi ini sering juga disebut analisi isi yang juga dapat digunakan
untuk menyelidiki variabel sosiologis dan psikologis. (6) Analisis
kecenderungan. Yakni, analisis yang dugunakan untuk meramalkan keadaan di masa
yang akan datang dengan memperhatikan kecenderungan-kecenderungan yang terjadi.
(7) Studi korelasi. Yaitu, jenis penelitian deskriptif yang bertujuan
menetapkan besarnya hubungan antar variabel yang diteliti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar