7 : Karakteristik Khas Orang - Orang yang
Berhasil
26 Mei 20130 comments
Bulan Februari 2012 lalu saya bertemu
dengan Pak Sandiaga S. Uno di Bandung. Pada tahun 2011, Pak Sandiaga ini
dinobatkan sebagai 40 orang terkaya di Indonesia oleh Majalah Forbes. Dengan
kekayaan US$ 600 juta, ia menduduki peringkat ke-37. Padahal beliau baru
memulai bisnisnya sejak krisis 1997 lalu dengan membangun PT Saratoga Advisor
(perusahaan penasihat keuangan) dan PT Saratoga Investama Sedaya (dengan bidang
usaha meliputi pertambangan, telekomunikasi, dan produk kehutanan) bersama
dengan teman-temannya. Beliau mencapai prestasi yang luar biasa ini diumurnya
yang masih relatif muda, yakni 43 tahun. Saya sangat simpati kepada beliau
karena walaupun sudah demikian sukses, tapi sangat reachable. Coba teman-teman
tanya beliau seputar topik kewirausahaan di twitter-nya, hampir pasti beliau
jawab. Selain itu beliau merupakan pribadi yang sangat religius dan rendah
hati, sehingga memancarkan kharisma tersendiri.
Pada kesempatan itu saya bertanya kepada
Pak Sandiaga, dengan pertanyaan yang sederhana dan sangat mendasar: “Apa yang
membedakan orang-orang sukses dengan orang-orang yang tidak sukses?” Beliau
menjawab dengan pertama-tama memberikan ilustrasi: bahwa orang-orang yang
sukses, diukur dari kekayaan material, ketenaran, status sosial yang tinggi,
dan pengaruh yang luas di masyarakat, datang dari berbagai latar belakang.
Sebagian mereka terlahir cerdas, tetapi banyak juga yang dibandingkan
teman-teman mereka, prestasti akademik orang-orang ini tergolong biasa.
Sebagian mereka lahir dan besar dari keluarga kaya atau anak seorang tokoh,
tetapi banyak juga mereka yang lahir dan besar dari keluarga yang miskin dan
memiliki status sosial rendah. Sebagian mereka berasal dari kota-kota, tetapi
banyak juga yang berasal dari desa-desa. Lantas apa karakteristik yang khas
diantar orang-orang yang sukses?
Jawaban beliau sangat sederhana: “Latar belakang
orang-orang yang berhasil memang berbeda-beda. Tapi ada satu
karakteristik yang sama-sama mereka miliki, yakni mereka memiliki banyak
teman.” Ya, Pak Sandiaga menekankan bahwa orang-orang yang sukses besar, apapun
latar belakang mereka, mereka punya satu hal yang pasti: yakni mereka memiliki
jaringan pertemanan yang luas. Inilah poin yang harus kita garis bawahi dan
kita pahami: jaringan pertemanan yang luas. Jawaban itu sangat sederhana,
tetapi selalu saya ingat sampai sekarang. Dan inilah jawaban sama yang saya
berikan kepada teman-teman yang bertanya kepada saya tentang karakteristik khas
apa yang dimiliki oleh orang-orang yang sukses.
Pada kesempatan lain Pak Sandiaga
memberikan beberapa keterangan tambahan tentang karakteristik orang yang sukses,
seperti ketekunan, kerja keras, dan integritas. Berbagai tips yang lain bisa
teman-teman baca di artikel berikut, transkrip wawancara SWA dengan Pak
Sandiaga. Namun di dalam artikel ini, saya ingin lebih fokus untuk membahas
betapa menyenangkannya memiliki jaringan yang luas dan beberapa tips dalam
networking.
Salah satu manfaat baik yang pernah saya
rasakan dari networking ini adalah ketiga dua tahun lalu saya mendapatkan
kesempatan untuk mengikuti sebuah program yang disponsori oleh US Department of
State di Philadelphia, Amerika Serikat. Saya sebenarnya mendapatkan informasi
ini secara tidak sengaja. Kebetulan saya menjadi volunteer di sebuah organisasi
sosial, Rotaract Club. Saya pun tergabung dalam grup milis para volunteer
Rotaract di Indonesia. Suatu hari saya membaca post-post di milis dan menemukan
informasi pendaftaran program Study of US Institute (SUSI) yang akan
diselenggarakan bulan Januari-Februari 2011. Sudah lama saya punya cita-cita
untuk menjejakkan kaki di tanahnya Abraham Lincoln dan Barack Obama itu, jadi
saya pun memantapkan niat untuk mendaftar.
Salah satu persyaratan yang harus saya
penuhi adalah Surat Rekomendasi tokoh agar saya dapat diterima dalam program
ini. Waktu itu saya sempat kebingungan tokoh siapa yang bisa menuliskan Surat
Rekomedasi untuk saya. Saya khawatir, apabila saya tidak cermat memilih tokoh
perekomendasi, saya bakal tidak lolos seleksi. Nah saya ingat salah satu tokoh
yang pernah berkenalan dan berbincang-bincang dengan saya, yakni Bapak Syafi’I
Ma’arif. Beliau adalah mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan
seorang Guru Besar Ilmu Sejarah. Beliau dikenal sebagai Bapak Bangsa. Sangat
mudah sekali meminta rekomendasi dari beliau, karena beliau masih ingat ketika
saya berbincang-bincang dengan beliau pada sebuah acara talk show di SMA saya
dulu. Saya berkomunikasi lewat email dan sms, kemudian langsung sowan ke
rumahnya. Surat rekomendasi dari beliau pun saya dapatkan.
Semua berkas telah saya masukkan ke
panitia seleksi. Beberapa minggu kemudian saya ditelpon oleh staff Kedutaan AS
di Jakarta, memberikan kabar bahwa saya diterima dalam program tersebut. Saya
sangat gembira dengan kabar baik ini. Apa moral of the story dari pengalaman
saya di atas?
Bagaimana kalau saya tidak aktif dalam
Rotaract dan menjalin pertemanan dengan teman-teman di sana? Bagaimana kalau
ketika dulu bertemu dengan Buya Syafi’I tetapi tidak memanfaatkan momen
tersebut untuk berkenalan? Mungkin ada pengalaman lain yang saya dapatkan
tanpanya, tetapi mungkin mimpi saya untuk pergi ke AS akan tertunda. Inilah
manfaat dari berjejaring yang langsung saya rasakan faedahnya. Melalui
organisasilah, saya semakin memiliki banyak teman dari berbagai latar belakang
dan daerah. Melalui memanfaatkan momen-momen pentinglah, saya memperlebar jaringan
dengan orang-orang hebat. Dan inilah sebenarnya inti dari artikel ini.
Ketika saya mengikuti berbagai program,
misalnya Young Leaders for Indonesia 2012 dan G20 Youth Summit 2012, banyak
manfaat yang saya dapatkan. Namun manfaat yang paling besar, yang memberikan
impact lebih lama dan membuat saya bahagia bukanlah pada konten acaranya
tersebut, tetapi pada pertemanan atau jejaring baru yang saya dapatkan. Di YLI,
jangan tanya lagi tentang kualitas leadership and problem solving training-nya.
Pelatihan YLI dari segi materi, packaging, pemateri, dan fasilitator bisa
dibilang world class. Di G20 Youth Summit isu-isu global yang dibahas sangat
rumit dan kompleks, sehingga sangat seru dan menantang bagi menyukai tantangan.
Tetapi hal yang terus menginspirasi dan memotivasi saya hingga saat ini adalah
teman-teman yang saya kenal dari program-program tersebut, bukan pada konten
programnya. Teman-teman akan merasakan sendiri ketika mencobanya, silahkan
buktikan!
Nah, beberapa poin di bawah Ini adalah
beberapa tips yang bisa dipraktikkan teman-teman sebagai bekal dasar dalam
berjejaring:
Pertama, ikutilah organisasi, komunitas,
program, kegiatan volunteering atau apapun itu yang sesuai dengan minat dan
bakat (dalam bahasa kekiniannya passion) kita. Inilah sebenarnya kunci
saya agar tetap semangat dan termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Dengan mengikuti berbagai kegiatan tersebut, saya mengenal teman-teman baru
yang belum pernah saya temukan sebelumnya. Beberapa dari mereka pasti ada yang
memiliki cerita-cerita atau pengalaman-pengalaman inspiratif sehingga menjadi
bahan bakar bagi saya untuk lebih maju. Dan seperti cerita saya di atas, suatu
saat nanti, pasti kita akan menemukan sebuah kebutuhan/permasalahan yang
membutuhkan bantuan teman-teman yang pernah kita kenal.
Kedua, fokuslah kepada kualitas pertemanan
daripada fokus kepada kuantitas. Saya punya teman yang sangat senang berkenalan
dengan teman-teman baru, tetapi dia tidak mem-follow up pertemanan itu lebih
lanjut. Jadi mereka hanya sebatas kenal nama saja, tidak lebih dalam. Menurut
saya kunci dari networking sebenarnya bukan terletak pada kita kenal berapa
orang, tapi pada seberapa kenal kita dengan orang tersebut dan seberapa dalam
orang tersebut mengenal diri kita. Hanya dengan memiliki perkenalan yang lebih
dalam kita bisa mengenal baik kelebihan, kekurangan, dan juga kebutuhan
teman-teman kita. Tipe perkenalan inilah yang memungkinkan adanya interaksi dan
kolaborasi lebih lanjut—disitulah manfaat utamanya. Maka ketika kita kenal
dengan orang baru yang kita rasa kita bisa belajar darinya, setelah
acara/pertemuan kita follow dengan mengirim email, sms, atau bahkan mengatur
jadwal ketemuan khusus. Intinya cari cara agar kita bisa berkenalan lebih jauh
dengan orang tersebut, bukan sekedar memperbanyak orang yang kita kenal.
Ketiga, rela untuk saling membantu dan
bekerjasama. Salah satu konsekuensi pertemanan adalah kesediaan kita untuk
membantu teman kita yang membutuhkan. Karena kalau kita ada suatu keperluan
yang berhubungan dengan teman kita, pasti kita akan meminta bantuannya. Sebagai
contoh, apabila saya diundang berbicara di suatu acara oleh orang yang belum
dalam jaringan pertemanan saya, orang tersebut harus sedikit repot karena harus
mengeluarkan biaya yang tidak murah. Tetapi apabila yang mengundang teman saya
sendiri, biaya tidak semahal biasanya atau bahkan gratis. Karena trade off-nya
adalah bantuan teman saya tersebut ketika saya membutuhkan bantuannya di
kesempatan lain. Inilah prinsip timbal balik sederhana: apabila kita ingin orang
rela membantu kita, kita juga harus rela membantu orang lain.
Tiga hal di atas adalah tips-tips utama
yang bisa saya share. Apabila butuh tips yang lebih detail, telah banyak
artikel-artikel di berbagai website yang bisa kita akses secara gratis. Silahkan
manfaatkan Google!
Jadi teman-temanku, mulai sekarang mari
kita lebih serius dalam networking. Pak Sandiaga telah memberikan kita
petunjuk penting tentang ciri khas yang dimiliki oleh orang-orang yang
berhasil. Tentu kita semua ingin termasuk dalam golongan orang-orang yang
berhasil itu bukan? Saya yakin apabila kita memiliki network yang luas dan
berkualitas, kita tidak hanya memberikan manfaat untuk diri kita sendiri.
Karena dari jaringan pertemanan yang kita miliki, suatu saat nanti akan lahir kolaborasi
dan inovasi yang juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Dengan demikian,
networking hukumnya wajib bagi para calon pembuat perubahan di Indonsia,
seperti Anda. Selamat mencoba!
#FutureShaper adalah program dari Forum
for Indonesia yang merupakan edisi tulisan-tulisan tentang kepemimpinan dan
manajemen. Edisi ini ditulis untuk menjadi salah satu bahan inspirasi dan
diskusi bagi teman-teman yang ingin mengawali petualangan menjadi pemimpin di
lingkungan kita masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar