Selasa, 21 Juni 2016

KARAKTER ORANG BERHASIL

7 : Karakteristik Khas Orang - Orang yang Berhasil
26 Mei 20130 comments



Bulan Februari 2012 lalu saya bertemu dengan Pak Sandiaga S. Uno di Bandung. Pada tahun 2011, Pak Sandiaga ini dinobatkan sebagai 40 orang terkaya di Indonesia oleh Majalah Forbes. Dengan kekayaan US$ 600 juta, ia menduduki peringkat ke-37. Padahal beliau baru memulai bisnisnya sejak krisis 1997 lalu dengan membangun PT Saratoga Advisor (perusahaan penasihat keuangan) dan PT Saratoga Investama Sedaya (dengan bidang usaha meliputi pertambangan, telekomunikasi, dan produk kehutanan) bersama dengan teman-temannya. Beliau mencapai prestasi yang luar biasa ini diumurnya yang masih relatif muda, yakni 43 tahun. Saya sangat simpati kepada beliau karena walaupun sudah demikian sukses, tapi sangat reachable. Coba teman-teman tanya beliau seputar topik kewirausahaan di twitter-nya, hampir pasti beliau jawab. Selain itu beliau merupakan pribadi yang sangat religius dan rendah hati, sehingga memancarkan kharisma tersendiri.  


Pada kesempatan itu saya bertanya kepada Pak Sandiaga, dengan pertanyaan yang sederhana dan sangat mendasar: “Apa yang membedakan orang-orang sukses dengan orang-orang yang tidak sukses?” Beliau menjawab dengan pertama-tama memberikan ilustrasi: bahwa orang-orang yang sukses, diukur dari kekayaan material, ketenaran, status sosial yang tinggi, dan pengaruh yang luas di masyarakat, datang dari berbagai latar belakang. Sebagian mereka terlahir cerdas, tetapi banyak juga yang dibandingkan teman-teman mereka, prestasti akademik orang-orang ini tergolong biasa. Sebagian mereka lahir dan besar dari keluarga kaya atau anak seorang tokoh, tetapi banyak juga mereka yang lahir dan besar dari keluarga yang miskin dan memiliki status sosial rendah. Sebagian mereka berasal dari kota-kota, tetapi banyak juga yang berasal dari desa-desa. Lantas apa karakteristik yang khas diantar orang-orang yang sukses?

Jawaban beliau sangat sederhana: “Latar belakang orang-orang yang berhasil memang berbeda-beda. Tapi  ada satu karakteristik yang sama-sama mereka miliki, yakni mereka memiliki banyak teman.” Ya, Pak Sandiaga menekankan bahwa orang-orang yang sukses besar, apapun latar belakang mereka, mereka punya satu hal yang pasti: yakni mereka memiliki jaringan pertemanan yang luas. Inilah poin yang harus kita garis bawahi dan kita pahami: jaringan pertemanan yang luas.  Jawaban itu sangat sederhana, tetapi selalu saya ingat sampai sekarang. Dan inilah jawaban sama yang saya berikan kepada teman-teman yang bertanya kepada saya tentang karakteristik khas apa yang dimiliki oleh orang-orang yang sukses.

Pada kesempatan lain Pak Sandiaga memberikan beberapa keterangan tambahan tentang karakteristik orang yang sukses, seperti ketekunan, kerja keras, dan integritas. Berbagai tips yang lain bisa teman-teman baca di artikel berikut, transkrip wawancara SWA dengan Pak Sandiaga. Namun di dalam artikel ini, saya ingin lebih fokus untuk membahas betapa menyenangkannya memiliki jaringan yang luas dan beberapa tips dalam networking.

Salah satu manfaat baik yang pernah saya rasakan dari networking ini adalah ketiga dua tahun lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti sebuah program yang disponsori oleh US Department of State di Philadelphia, Amerika Serikat. Saya sebenarnya mendapatkan informasi ini secara tidak sengaja. Kebetulan saya menjadi volunteer di sebuah organisasi sosial, Rotaract Club. Saya pun tergabung dalam grup milis para volunteer Rotaract di Indonesia. Suatu hari saya membaca post-post di milis dan menemukan informasi pendaftaran program Study of US Institute (SUSI) yang akan diselenggarakan bulan Januari-Februari 2011. Sudah lama saya punya cita-cita untuk menjejakkan kaki di tanahnya Abraham Lincoln dan Barack Obama itu, jadi saya pun memantapkan niat untuk mendaftar.

Salah satu persyaratan yang harus saya penuhi adalah Surat Rekomendasi tokoh agar saya dapat diterima dalam program ini. Waktu itu saya sempat kebingungan tokoh siapa yang bisa menuliskan Surat Rekomedasi untuk saya. Saya khawatir, apabila saya tidak cermat memilih tokoh perekomendasi, saya bakal tidak lolos seleksi. Nah saya ingat salah satu tokoh yang pernah berkenalan dan berbincang-bincang dengan saya, yakni Bapak Syafi’I Ma’arif. Beliau adalah mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan seorang Guru Besar Ilmu Sejarah. Beliau dikenal sebagai Bapak Bangsa. Sangat mudah sekali meminta rekomendasi dari beliau, karena beliau masih ingat ketika saya berbincang-bincang dengan beliau pada sebuah acara talk show di SMA saya dulu. Saya berkomunikasi lewat email dan sms, kemudian langsung sowan ke rumahnya. Surat rekomendasi dari beliau pun saya dapatkan.

Semua berkas telah saya masukkan ke panitia seleksi. Beberapa minggu kemudian saya ditelpon oleh staff Kedutaan AS di Jakarta, memberikan kabar bahwa saya diterima dalam program tersebut. Saya sangat gembira dengan kabar baik ini. Apa moral of the story dari pengalaman saya di atas?

Bagaimana kalau saya tidak aktif dalam Rotaract dan menjalin pertemanan dengan teman-teman di sana? Bagaimana kalau ketika dulu bertemu dengan Buya Syafi’I tetapi tidak memanfaatkan momen tersebut untuk berkenalan? Mungkin ada pengalaman lain yang saya dapatkan tanpanya, tetapi mungkin mimpi saya untuk pergi ke AS akan tertunda. Inilah manfaat dari berjejaring yang langsung saya rasakan faedahnya. Melalui organisasilah, saya semakin memiliki banyak teman dari berbagai latar belakang dan daerah. Melalui memanfaatkan momen-momen pentinglah, saya memperlebar jaringan dengan orang-orang hebat. Dan inilah sebenarnya inti dari artikel ini.

Ketika saya mengikuti berbagai program, misalnya Young Leaders for Indonesia 2012 dan G20 Youth Summit 2012, banyak manfaat yang saya dapatkan. Namun manfaat yang paling besar, yang memberikan impact lebih lama dan membuat saya bahagia bukanlah pada konten acaranya tersebut, tetapi pada pertemanan atau jejaring baru yang saya dapatkan. Di YLI, jangan tanya lagi tentang kualitas leadership and problem solving training-nya. Pelatihan YLI dari segi materi, packaging, pemateri, dan fasilitator bisa dibilang world class. Di G20 Youth Summit isu-isu global yang dibahas sangat rumit dan kompleks, sehingga sangat seru dan menantang bagi menyukai tantangan. Tetapi hal yang terus menginspirasi dan memotivasi saya hingga saat ini adalah teman-teman yang saya kenal dari program-program tersebut, bukan pada konten programnya. Teman-teman akan merasakan sendiri ketika mencobanya, silahkan buktikan!

Nah, beberapa poin di bawah Ini adalah beberapa tips yang bisa dipraktikkan teman-teman sebagai bekal dasar dalam berjejaring:

Pertama, ikutilah organisasi, komunitas, program, kegiatan volunteering atau apapun itu yang sesuai dengan minat dan bakat (dalam bahasa kekiniannya passion) kita.  Inilah sebenarnya kunci saya agar tetap semangat dan termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan mengikuti berbagai kegiatan tersebut, saya mengenal teman-teman baru yang belum pernah saya temukan sebelumnya. Beberapa dari mereka pasti ada yang memiliki cerita-cerita atau pengalaman-pengalaman inspiratif sehingga menjadi bahan bakar bagi saya untuk lebih maju. Dan seperti cerita saya di atas, suatu saat nanti, pasti kita akan menemukan sebuah kebutuhan/permasalahan yang membutuhkan bantuan teman-teman yang pernah kita kenal.

Kedua, fokuslah kepada kualitas pertemanan daripada fokus kepada kuantitas. Saya punya teman yang sangat senang berkenalan dengan teman-teman baru, tetapi dia tidak mem-follow up pertemanan itu lebih lanjut. Jadi mereka hanya sebatas kenal nama saja, tidak lebih dalam. Menurut saya kunci dari networking sebenarnya bukan terletak pada kita kenal berapa orang, tapi pada seberapa kenal kita dengan orang tersebut dan seberapa dalam orang tersebut mengenal diri kita. Hanya dengan memiliki perkenalan yang lebih dalam kita bisa mengenal baik kelebihan, kekurangan, dan juga kebutuhan teman-teman kita. Tipe perkenalan inilah yang memungkinkan adanya interaksi dan kolaborasi lebih lanjut—disitulah manfaat utamanya. Maka ketika kita kenal dengan orang baru yang kita rasa kita bisa belajar darinya, setelah acara/pertemuan kita follow dengan mengirim email, sms, atau bahkan mengatur jadwal ketemuan khusus. Intinya cari cara agar kita bisa berkenalan lebih jauh dengan orang tersebut, bukan sekedar memperbanyak orang yang kita kenal.

Ketiga, rela untuk saling membantu dan bekerjasama. Salah satu konsekuensi pertemanan adalah kesediaan kita untuk membantu teman kita yang membutuhkan. Karena kalau kita ada suatu keperluan yang berhubungan dengan teman kita, pasti kita akan meminta bantuannya. Sebagai contoh, apabila saya diundang berbicara di suatu acara oleh orang yang belum dalam jaringan pertemanan saya, orang tersebut harus sedikit repot karena harus mengeluarkan biaya yang tidak murah. Tetapi apabila yang mengundang teman saya sendiri, biaya tidak semahal biasanya atau bahkan gratis. Karena trade off-nya adalah bantuan teman saya tersebut ketika saya membutuhkan bantuannya di kesempatan lain. Inilah prinsip timbal balik sederhana: apabila kita ingin orang rela membantu kita, kita juga harus rela membantu orang lain.

Tiga hal di atas adalah tips-tips utama yang bisa saya share. Apabila butuh tips yang lebih detail, telah banyak artikel-artikel di berbagai website yang bisa kita akses secara gratis. Silahkan manfaatkan Google!

Jadi teman-temanku, mulai sekarang mari kita lebih serius  dalam networking. Pak Sandiaga telah memberikan kita petunjuk penting tentang ciri khas yang dimiliki oleh orang-orang yang berhasil. Tentu kita semua ingin termasuk dalam golongan orang-orang yang berhasil itu bukan? Saya yakin apabila kita memiliki network yang luas dan berkualitas, kita tidak hanya memberikan manfaat untuk diri kita sendiri. Karena dari jaringan pertemanan yang kita miliki, suatu saat nanti akan lahir kolaborasi dan inovasi yang juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Dengan demikian, networking hukumnya wajib bagi para calon pembuat perubahan di Indonsia, seperti Anda.  Selamat mencoba! 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYg9nzEUUydn0PiyhY0Un3d9HLs_mAwqiJpxGvChnpERDOpDUs7VaHZLGhe-YQ5ksBjkv1Y37XnFj1AVWte7ZPB-bmW228t3ju5mqhgXm06oTqxIhjRcCcPNsvXqZGrl6MSIQlyyTBuHc/s200/65364_131478147001997_662879527_n.jpg

#FutureShaper adalah program dari Forum for Indonesia yang merupakan edisi tulisan-tulisan tentang kepemimpinan dan manajemen. Edisi ini ditulis untuk menjadi salah satu bahan inspirasi dan diskusi bagi teman-teman yang ingin mengawali petualangan menjadi pemimpin di lingkungan kita masing-masing.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar