Masih(kah) Merasa Hebat
Setiap
pribadi kita memiliki potensi menjadi sombong, sadar atau tidak potensi ada di
tiap kita. Terlebih orang yang memiliki pengetahuan lebih, terkadang tanpa
sadar mengesampingkan orang lain dalam hal pengetahuan. Ada lagi yang lebih
bahaya ialah ujub (membanggakan diri sendiri) ,sebelas dua belas lah dengan
sombong tetapi lebih bahaya lagi karena dalam ujub kita tidak butuh orang lain
dalam menyombongkan diri. Sama halnya denga singa sang raja hutan, ia akan
berjalan tegap ditengah hutan, semua binatang tunduk padanya, namun apa ia
tetap raja ketika ia ada di kota???, tentu tidak.
Sesungguhnya
kesombongan ini muncul karena kita belum dipertemukan oleh orang yang lebih
hebat lagi dari diri hina ini. Ingatlah bahwa diatas langit masih ada langit
dan terus ada diatasnya tingkatan lebih tinggi. Juga sama halnya denga sombong
dengan atas apa yang kita miliki, bagaimana tidak contoh untuk kita tafakuri
tsunami di Jepang memberikan kita pelajaran luar biasa, Jepang sebagai kiblat
iptek dunia yang telah mampu membuat bangunan tahan gempa, namun porak-poranda
dengan ‘air’. Apalagi kita?, hal mudah agar kita tidak sombong ialah anda
berlayarlah ketengah laut kemudian renungi keberadaan anda saat itu, masih mau
sombong?, kita hanya setitik dalam luasnya samudra jikalau pemilik alam ini
mendatangkan gelombang kecil saat itu tiada upaya yang bisa kita lakukan.
Suatu ketika
ada seorang anak meminta dibelikan piano kepada ayahnya, kemudian sang ayah
membelikannya sebulan kemudian. Sang anak belajar sungguh-sungguh dengan piano
dari sang ayah, dua pekan kemudian sang ayah memberikan tiket pertunjukan piano
saat itu. Kemudian pergilah kesana ayah dan anak itu, saat acara dimulai
lighting tertuju pada piano sang maestro, beberapa saat kemudian mengalun nada
dari piano tersebut namun sang ayah kehilangan anaknya ternyata anaknyalah yang
berada dipanggung, namun banyak nada yang meleset dan datanglah sang maestro
pianis yang seolah berduet dengan anak itu diakhir penampilan semua penonton
berdiri dan bertepuk tangan atas penampilan di atas panggung. Sang anak pun
terkesan jumawa padahal penonton bersorak sorai karena sang maestro mampu
melengkapi nada-nada yang meleset dari anak tadi yang menjadikan alunannya
semakin indah. Kita pun punya potensi seperti anak itu, padahal kekurangan kita
selalu di tutupi oleh sang maestro, tidak lain ialah Allah SWT. Jikalau Allah
mau membuka tabir keburukan kita maka tidaklah pantas kita masih bersikap
angkuh diatas muka bumi, so masih mau sombong?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar