MIMPI SANG LASKAR PELANGI (1)
Mimpi
adalah kunci,
Untuk
kita menaklukkan dunia,
Berlarilah
tanpa lelah,
Sampai
engkau meraihnya.
Untaian kata di atas
adalah bait pertama sound
track
film Laksar Pelangi yang dinyanyikan oleh grup musik Nidji. Film yang diangkat
dari sebuah novel yang konon memberi inspirasi dan spirit yang luar biasa bagi
pembacanya ditulis oleh Andrea Hirata, dari kisah hidupnya sendiri Mimpi, dari
film tersebut, merupakan modal awal dari sebuah kesuksesan besar. Dari sebuah
mimpi, karya-karya besar lahir dan menjadi terwujud. Kehidupan yang jauh lebih
baik akan diraih daripada kita hanya melakukannya dengan biasa-biasa saja.
Pertanyaan-pertanyaan
seperti:
• Apakah impian kita
saat ini?
• Ingin menjadi seperti
apa nanti sepuluh tahun ke depan?
• Hal apa yang akan
kita raih?
• Apa yang ingin kita
lakukan pada saat itu?
• Apa yang ingin kita
miliki saat itu? Ke mana kita ingin pergi saat itu?
• Apa saja yang ingin kita
bagikan kepada orang lain saat itu?
adalah
pertanyaan-pertanyaan yang harus kita jawab dengan fokus imajinasi kita lima
atau sepuluh tahun mendatang.
Impian sering disebut
dengan Visi. Sesuai dengan kebijakan kurikulum bahwa dalam KTSP, Visi merupakan
salah satu bagian yang sangat penting. Sebagai sebuah lembaga tentu memiliki
impian atau visi yang ingin dicapai. Visi tersebut biasanya dirumuskan dengan
sangat serius dan sungguh-sungguuh karena menyangkut masa depan lembaga
tersebut. Demikian juga kita sebagai seorang individu, perlu merancang masa
depan kita. Atau apakah kita ingin tetap seperti apa adanya sekarang?
inilah yang ku
inginkan. Angan-angan yang kuat dan matang akan menjadi visi dan akan
menjadikan passion kita. Menuliskan target seperti menjadi komitmen atau
kontrak kepada diri kita sendiri.
Untuk meraih mimpi,
jadikan visi sebagai target yang memiliki unsur S.M.A.R.T, yaitu:
Specific (jelas atau tidak
kabur). Misal, jika ingin menjadi konsultan, definisikan secara jelas konsultan
seperti apa? Konsultan sebuah sekolah internasional, konsultan khusus
pendidikan khusus, pendidikan khusus yang mana? Intinya, impian itu harus jelas
dalam imajinasi kita.
Measurable (dapat diukur). Sebuah
talk show di TV pernah
menampilkan sebuah nasihat bahwa, “If You can not measure it, you can not manage it”. Oleh karena itu banyak
perusahaan yang menetapkan target pencapaian. Target harus jelas, misal jika
menjadi peneliti, jabatan peneliti apa yang akan kita raih pada saat itu.
Achievable (dapat kita raih). Buktinya
sudah ada orang yang meraihnya saat ini, atau jika belum ada yang meraihnya,
paling tidak hal tersebut logis menurut kita. Mengapa? Karena bisa jadi kitalah
yang pertama kali yang meraihnya. Misalnya seperti ketika Orville dan Wilbur
Wright menemukan pesawat terbang, padahal 30 tahun sebelumnya ayahnya yang
seorang pendeta mengatakan bahwa tidak mungkin manusia bisa terbang.
Realistic (Realistis). Artinya
sesuai dengan sumber daya yang kita miliki saat ini atau dalam kendali kita.
Misalnya kita ingin menjadi konsultan para calon mahasiswa untuk belajar di
universitas di luar negeri. Tidak realistis kalau kita tidak memiliki hubungan
dengan universitas di luar negeri tersebut. Akan menjadi realistis jika kita
menguasai sistem pendidikannya dan memiliki hubungan dengan universitas
tersebut.
Time bound (ada batas waktunya). Artinya kapan
kita ingin itu terwujud? Sering kita menemukan banyak orang yang tidak serius
dengan impian mereka. Seorang yang sudah setahun diwisuda belum juga memperoleh
pekerjaan, ketika ditanya sampai kapan ia akan menganggur, dengan santai
menjawab: “Ya, gimana nanti, deh.” (HID/mls)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar